PESILAT
SEJATI
Tokoh Drama :
Ø Suyono
: pendekar baik hati, gagah, rajin dan disiplin
Ø Anisa : istri Suyono sabar dan tangguh
Ø Maya : lembut, baik hati dan cengeng
Ø Melia : jahat dan iri
Ø Indra : sombong dan angkuh
Ø Bima :baik hati, disipin dan pintar
Ø Andy : ketua perguruan silat yang tegas dan
berwibawa
Ø Tarjo :
pelatih silat yang sabar
Pangung
Di
sebuah desa ada seorang pendekar yang sangat terkenal dengan kesaktiannya yang
bernama Suyono, ia kini telah menikah dengan seorang gadis cantik di desanya
yang bernamaAnisa, sudah bertahun-tahun lamannya mereka menikah belum juga
memiliki anak, setelah beberapa bulan kedepan apa yang mereka impikan pun
terpenuhi karna sang istri telah sedang mengandung anak pertamannya.
Suyono
: “dek, semoga anak kita ini laki-lakiya, mas ingin sekali memiliki anak
laki-laki”. (ucapnya dengan penuh harapan sambil duduk di bangku)
Anisa
: “laki-laki atau perempuan sama saja mas yang terpenting anak kita sehat, kita
serahkan semuannya sama allah dan berdo’a agar anak kita laki-laki seperti apa
yang mas inginkan”. (ucapnya dengan lembut sambil menatap mata Suyono)
Suyono
: “amin”. (ucapnya sambil tersenyum)
Setelah
beberapa bulan menggandung akhirnya anisa pun melahirkan, suara tangisan pun
begitu terdengar keras dari ruangan persalinan tersebut.
Suyono
: “ bagaimana dokter Meta?”. (ucapnya dengan cemas)
DokterMeta
: “ alhamdulilah pak persalinanya lancar, anak dan istri bapak selamat”.
(ucapnya sambil tersenyum)
Suyono
: “alhamdulilah boleh saya masuk dok?”. (tanyanya)
DokterMaya
: “ silahkan pak masuk”. (ucapnya dengan senyum)
Lalu
Suyono pun masuk kedalam ruang persalinan tersebut yang masih terdengar suara
tangisan sang buah hati.
Suyono
: “ Anisa”. (ucapnya memanggil sang istri yang sedang berbaring di tempat
tidur)
Suster
: “ pak kata dokter ibu Anisa besok pagi sudah di izinkan untuk pulang”.
(ucapnya sambil menggendong bayi)
Suyono
: “ iya Suster, terimakasih”. (ucapnya sambil tersenyum)
Suster
pun keluar dari ruangan tersebut, dan seketika di dalam ruangan itu pun hening.
Anisa
: “ mas anak kita perempuan”. (ucapnya degan takut)
Suyono
: “iya tidak apa-apa dek, memang sudah kehendak allah kalau anak kita itu
perempuan, yang terpenting kamu dan anak kita selamat”. (ucapnya degan senyum)
Anisa
: “ iya mas”. (ucapnya degan senyum)
Setelah
itu Suyono pun menhampiri sang buah hati di tempat tidur yang terletak di
samping tempat tidur Anisa, untuk mengumandangkan azan di telinganya.
Suyono
: ( mengumandangkan azan di telinga anaknya)
Suyono
: “ mas akan tetap ingin menjadikan anak kita seorang pendekar seperti aku,
walaupun ia seorang perempuan”.(ucapnya sambil melihat anaknya tersebut)
Anisa
: “ iya mas aku setuju agar kelak anak kita menjadi seorang pendekar dan bisa
menjaga dirinya”. (ucapnya sambil menatap Suyono)
Suyono
: “ aku akan berikan nama Maya”. (ucapnya sambil melihat anaknya)
Anisa
“iya mas, aku setuju”. (ucapnya dengan senyum)
Beberapa
tahun kemudian Maya pun telah tumbuh besar sekarang usianya genap 17 tahun.
Sikap Maya tidak seperti Suyono yang galak dan tegas. Maya selalu di ejek oleh
teman-temannya karna sikapnya yang begitu kemayu(lemah lembut) walaupun ia
sudah mengikuti perguruan pencak silat, akan tetapi sikapnya itu tidak berubah.
Suyono
: “ Maya sini kamu!”. (ucapnya dengan kencang)
Maya
: “ iya ayah, adaapa?”. (jawabnya sambil keluar dari kamarnya)
Suyono
: “ ayok latihan sama ayah, ayah mau lihat bagaimana perkembangan silat kamu”.
(ucapnya dengan lantang)
Maya
: “iya ayah”. (ucapnya sambil menundukkan kepalanya)
Lalu
Suyono mengajak Maya ke lapangan untuk latihan silat, dan menguji kemampuan
Maya.
Suyono
: “ gimana si kamu, gak bisa-bisa, makannya kalau latihan tuh yang serius,kamu
tuh harus kaya ayah dong”. ( ucapnya dengan tegas)
Maya
: “ aku udah coba yah, aku udah berusaha
ayah”. (ucapnya sambil menangis)
Lalu
Maya pun pergi meninggalkan ayahnya sambil menangis.
Suyono
: “Maya kamu mau kemana!”. (ucapnya dengan nada keras memanggil Maya yang
sedang berlari)
Anisa
: “ada apa si mas, Maya kenapa?”. (ucapnya dari depan pintu)
Suyono
: “ itu anakmu, susah banget di bilanginnya”. (ucapnya dengan kesal)
Anisa
: “ ya sudah biarin mas, mungkindia membutuhkan waktu sendiri, diakan sudah
dewasa”. (ucapnya)
Suyono
; “ yasudah masuk yuk, nanti juga dia pulang”. (ajaknya)
Lalu
Suyono pun masuk ke dalam rumah, sedangkan Maya pergi ke suatu tempat untuk
duduk dan menenangkan diri. Tiba-tiba datanglah Bima teman satu perguruan yang
dekat degan Maya.
Bima
: “ hey Maya”. (ucapnya dari kejauhan)
Maya
: “ eh bima”. (ucapnya sambil menengok ke belakang)
Bima
: “kamu ngapain disini?”. (tanyanya)
Maya
: “ aku lagi kesel bim sama ayah ku, dia selalu saja memaksaku untuk bisa silat
seperti dirinya padahal aku tidak suka itu bim”. (ucapnya sambil menangis)
Bima
: “ sudah..sudah jangan menangis lagi, ya kalau munurut aku kamu harus nurutin
permintaan ayah kamu, kamu harus buktiin ke semua orang dank e ayah kamu kalau
kamu bisa”. (ucapnya sambil tersenyum)
Maya
: “ caranya?”. (tannya dengan penasaran)
Bima : “ bagaimana kalau aku yang ajarkan kau
teknik silat, minggu depan ada perlombaan SH-CUP , kamu harus ikut dan
memenangkan lomba itu untuk membuktikan kepada ayah kamu, pasti kalau kamu
menang ayah kamu pasti sangat bahagia”. (ucapnya dengan senyum)
Maya
: “ okey bim aku akan ikutin apa kata kamu bim, terimakasih ya bim kamu
emang teman aku yang paling baik”.
(ucapnya sambil tersenyum)
Bima:
“iya sama-sama, semangat ya”. (ucapnya sambil tersenyum)
Maya
; ‘kapan mulai latihan?”. (tannyanya)
Bima
: “sekarang aja”. (ucapnya)
Lalu
mereka pun pergi ke tempat perguruan mereka. Bima mengajarkan teknik silat
kepada Maya, setelah beberapa jam kemudian latihan pun selesai dan Maya pun
pulang.
Maya
: “assalmualaikum, ayah ibu”. (ucapnya sambil membuka pintu)
“waalaikum
salam”. (jawab suyono dan anis yang
sedang duduk di sofa)
Anisa
: “ Nak kamu kenapa kayanya seneng banget?”. (tannyanya)
Maya
: “ gak apa-apa ko bu, ayah aku akan buktiin ke ayah kalau aku bisa seperti
ayah”. (ucapnya sembil menatap Suyono)
Lalu
Maya pun masuk ke dalam kamar sambil senyum-senyum sendiri.
Anisa
: “ anakmu kenapa mas? Sepertinya dia sangat senang sekali”. (ucapnya sambil
melihat Suyono)
Suyono
: “biarinlah, kita lihat saja apakah omongannya itu bener”. (ucapnya sambil
tersenyum)
Ke
esokkan harinya, Maya pun pergi ke tempat latihan silat di tempat perguruannya
karna hari ini jadwal Maya untuk latihan silat, Di tempat silatnya.
Taryono
: “ayok anak-anak kita mulai latihannya dengan pemanasan”. (ucapya)
Latihan
pun di mulai, beberapa menit kemudian waktunya istirahat dan ada beberapa
pengumuman dari guru pelatih.
Andy
: “ assalamualikum”. (ucapnya)
“waalaikum
salam”. (jawab seluruh murid)
Andy
: “ ada pengumuman sedikit, bahwa kalian ketahui minggu depan ada perlombaan
SH-CUP dan disini siapa saja yang ingin mengikuti perlombaan tersebut, semuanya
boleh mengikuti perlombaan ini”. (ucapnya)
Bima
: “ pak saya ingin ikut dan Maya juga”. (ucapnya sambil menatap Maya)
Andy
: “ oh okey, Maya kamu bisa kan?”. (tannyanya)
Maya
: “ biiiiisa pak”. (ucapya dengan terbata)
Indra
: “ aduh Maya mendingan lu gak usah ikut deh May, lu kan kemayu nanti kalau
tanding malah bingung tuh lawan mau ngapainin lu, takut lu nangis”. (ucapnya
sambil meragakan seperti orang nangis)
Bima
: “ eh lu jngan kaya gitu dong sama si Maya, ngajak ribut ya lu”. (ucapnya
dengan kesal)
Indra
: “ ya memang kenyataanya ko begitu..hahahaha”. (ucapnya dengan ledekan)
Melia
: “Indra, jangan sombong kamu, liat aja nanti siapa yang menang kamu atau
Maya”. (ucapnya dengan lntang)
Indra
: “ iya pasti gue lah”. (ucapnya)
Andy
:” sudah-sudah, nanti kalian di berikan tambhan teknik untuk perlombaan ini
oleh pak Taryono, mengerti semuannya”. (ucapnya)
“iya
pak mengerti”. ( jawab semua murid)
Andy
: ‘ ayuk semuannya lanjutkan latihannya”. (ucapnya)
Lalu
mereka pun kemabali berkumpul melanjutkan latihan, beberapa jam kemudian mereka
pun pulang ke rumah masing-masing.
Bima
: “ Maya semangat ya aku yakin ko kamu bisa, nanti kalau ada yang kamu gak bisa
bilang ke aku ya nanti aku ajarin, oiya besok siang kita latihan lagi ya
disini”. (ucapnya)
Maya
; ‘ iya bim”. (ucapnya sambil tersenum)
Bima
: “ yaudah gua balik dulu”. (ucapnya)
Ke
esokkan harinya Maya dan melia menemui bima di tempat silat untuk melakukan
latihan bersama.dan latihan tersebut berulang-ulang hampir setiap hari di
lakukan.
Maya
: “ bagaimana ini, besok pertandingnnya mel”. (ucapnya dengan pernuh khwatiran)
Melia
: “tenang kan kamu udah latihan sama
Bima dan pak Taryono, pasti kamu bisa aku yakin ko”. (ucapnya sambil tersenyum)
Bima
: “iya May pasti kamu bisa, tenang ada teman-temanmu ini yang selalu ada buat
kamu, semangat terus dan buktiin ke ayah dan semua orang kalau kamu bias”. (ucapnya dengan penuh semangat)
Maya
: “iya, mkasih ya kalian sudah baik banet sama aku, aku sayang banget sama
kalian, aku beruntung punya temen-temen seperti kalian”. (ucapnya sambil
memeluk melia)
Bima
: “ ko aku gak di peluk”. (ucapnya sambil melihat Maya dan Melia yang sengan
berpelukan)
“bukan
mukhrim”. (ucap Maya dan Melia sambil menengok ke arah Bima)
Keesokkan
harinya,hari dimana yang di tunggu-tunggu Maya, dimana ia harus membuktikan
kepada sang ayah kalau ia bisa, dan akan menjadi seorang anak yang di impikan
oleh ayahnya. Banyak yang menyaksikannya ayah, ibu dan teman-temanya, iya harus
bisa membuktikan kalau ia bisa, dan ia bertekad kalau ia akan menang. Lalu Bel pun berbunyi yang menandakan akan d
mulainya pertandingan, pertandingan pun berlangsung hingga beberapa menit nama
Maya pun di sebut oleh juri untuk bergantian bertanding.
Melia
: “ Maya kamu pasti bisa, semangat”. (teriaknya dari sudut penonton)
Bima
: “ Maya inget teknik yang aku dan pak Tayono kasih ke kamu, kamu pasti bisa”.
(ucapnya dari sudut penonton)
Maya
: (melihat ke arah melia dan bima sambil tersenyum)
Anisa
: “ Maya ibu yakin kamu bisa, ibu selalu do’akan kamu nak”. (ucapnya dengan
teriak di sudut lapangan pertandingan)
Suyono
: “ buktiin ke ayah nak, kamu pasti bisa,kamu udah janji sama ayah”. (ucapnya
dengan teriak dari sudut lapangan pertandingan)
Maya
: “ iya ayah ibu”. (jawabnya denganteriaknya)
Pertandinganpun
di mulai, babak demi babak pun di lewati dan akhrinya Maya pun memenangkan
pertandingan tersebut dan mendapatkan juara satu.
Maya
: “ibu ayah”. (ucapnya sambil berlari menuju Suyono dan Anisa)
Bima
: “ kamu berhasil Maya”. (ucapnya dengan senyum sambil menatap Maya)
Maya
: “ iya bim ini berkat kamu, makasih ya bim”. (ucapnya sambil tersenyum)
Bima
: “ ini bukan karna aku tapi ini hasil dari erjuangan kamu sendiri Maya, karna
keyakinan kamu”. (ucapnya)
Melia
: “ aku bangga punya teman seperti kamu May”. (ucap melia sambil memeluk Maya)
Suyono
: “ bagus nak, kamu sudah menempatkan janji kamu, ayah kagum sama kamu nak,
ayah saying banget sama kamu”. (ucapnya sambil tersenyum dan memeluk Maya)
Anisa
; ‘ iya ibu juga bangga sama kamu”. (ucapnya smbil memeluk Maya)
Tiba-tiba
Indra dari kejauhan menghampiri Maya yang sedang berbicara dengan orang tuanya
dan kedua sahabatnya.
Indra
: “ Maya maafin gue ya, gue udah ngeremehin lu, ngatain lu, maafin gue ya gue
salah selama ini sama lu, lu memang hebat maya”. (ucapnya sambil menjulurkan
tangan)
Maya
: “ iya Indra gak apa-apa malah karna kamu aku jadi semangat untuk membuktikan
kalau aku bisa, terimakasih ya Indra”. (ucapnya sambil tersenyum)
Akhirny
Indra pun berubah menjadi baik terhadap Maya, dan akhirnya impian Suyono untuk
menjadikan anaknya seorang pendekar pun sudah terlaksana, dan akhrinya Maya pun
terus berlatih dan berlatih dan selalu mengikuti perlombaan-perlombaan dan
memenangkannya, yang akhirnya menjadikan Maya seorang pesilat terkenal.
_TAMAT_
No comments:
Post a Comment